Wednesday, June 19, 2013

Delapan Minggu di Arizona



Delapan Minggu di Arizona
Oleh: Mira Karina
(Mahasiswi STAIN SAS Bangka Belitung/Pengurus HMI Cabang Bangka Belitung)

Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga bisa menginjakkan kaki di negeri belahan barat, Arizona, United States of America. Banyak hal yang terjadi di luar dugaan. Banyak pelajaran-pelajaran kehidupan yang bila direnungkan bisa menjadi ‘sesuatu’, mulai kehidupan dari American family, education, kehidupan beragama, kehidupan bermasyarakat dan transportasi.
American Family
Dalam novelnya Ranah Tiga Warna, Ahmad Fuadi menceritakan pengalamannya tinggal di keluarga orang Kanada, yaitu di sebuah homestay. Di novel itu dia menggambarkan betapa indahnya tinggal dengan host family. Host family-nya sering membuat makanan yang enak dan mengajaknya jalan-jalan. Aku bermimpi untuk mendapatkan pengalaman yang seperti itu juga.
Alhamdulillah, di Arizona aku mendapatkan kesempatan itu. Aku tinggal bersama American family. Sebenarnya mereka adalah Mexican family, tapi mereka pindah dari Mexico setahun yang lalu. Dua kebahagiaan, host mother-ku share mengenai Mexico dan tentu Amerika.
Aku sangat terkesan dengan keluarga ini, mereka sangat menyayangi binatang, seperti anjing, ayam, kelinci dan kuda. Ketika pertama-tama aku datang, mereka membiarkan anjingnya di halaman belakang. Mereka tahu aku tidak begitu suka dengan anjing. Tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan anjing itu, anjing itu sangat penurut, jika ingin menyuruhnya menjauh, tinggal bilang ‘Go!’, dan anjing itu akan pergi.
Di belakang rumah ada pula kelinci dan ayam. Kelinci-kelinci itu sebagian dijual, dan demikian juga dengan telur-telur ayam. Aku tidak menyangka, keluarga ini benar-benar kerja keras untuk mendapatkan uang. My host father and mother adalah real estate investor. Mereka juga ternyata ikut membangun rumah-rumah yang akan mereka bisniskan.
Kebanyakan keluarga Amerika selalu dinner bersama, biasanya pada jam 5 atau 6 sore. Adapun untuk breakfast biasanya berbeda-beda, tergantung dari kebiasaan bangun tidur. Most of American families yang aku tahu juga sangat hemat listrik. Mereka hanya menghidupkan lampu jika ketika diperlukan saja.
Education
Beruntung sekali bisa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di Amerika. Arizona State University (ASU), kampus yang sangat megah dan luar biasa. Disini aku bersama ratusan mahasiswa dari berbagai negara (mayoritas Asia) belajar bahasa Inggris dalam satu program bahasa, yaitu American English and Culture Program (AECP). Banyak sekali orang Arab yang belajar bahasa Inggris disini. I was surprised!
Di kelas, siswa memanggil guru dengan nama. Tapi, untuk guru yang sudah bergelar doctor atau professor, biasanya dipanggil dengan gelarnya, contohnya Dr. Sandra atau Prof. Sandra. However, untuk guru yang biasa cukup dipanggil dengan namanya, misalnya Sarah.
Dalam proses belajar mengajar, biasanya guru mengelompokkan siswa dalam small groups. Dan, guru memberikan kesempatan yang sama kepada siswa untuk ‘unjuk gigi’. Guru juga sangat sering memuji hasil kerja atau performance siswa. Walau menurut pandangan beberapa dari kita, mungkin itu biasa saja, tapi tidak disini. Guru selalu memberi motivasi kepada siswa untuk do better. Kami pun jadi semangat. Moreover, guru juga bersahabat dengan siswa, no special hierarchy. Yang lebih mengejutkan, director AECP sangat ‘merakyat’ dengan semua pegawai dan mahasiswa di program ini. Awesome!
Satu hal lagi yang sangat kebalikan dengan kebiasaan kita adalah mengenai ketepatan waktu. Mereka sangat menghargai waktu. Setiap waktu yang hilang akan dihitung dan mempengaruhi keberhasilan di kelas. Bahkan di kelas elective, teacher memberikan 60 % untuk kehadiran dan partisipasi di kelas.
Kehidupan Beragama
Asumsi awalku sebelum datang di Amerika, akan sulit sekali mungkin bagi kami untuk beribadah di masjid. Akan banyak orang memandang remeh dan bengis. Rupanya itu semua tidaklah benar.
Kami sangat terkejut ketika melihat banyak sekali orang Arab di ASU. Apalagi ada sebuah masjid Tempe Islamic Community Center (ICC) dan restoran halal tak jauh dari ASU. Rupanya banyak Islamic community disini. Kebanyakan mereka dari Arab dan beberapa dari Indonesia.
Hari Jumat merupakan hari yang terindah bagi muslim di Arizona. Setiap Jumat ramai orang berdatangan ke masjid ICC untuk shalat Jumat berjamaah. Kami pun tak mau ketinggalan sholat  berjamaah bersama-sama dengan brothers and sisters dari negara-negara lain. Ada yang dari Arab, Yaman, Palestina, Somalia, India. Tiap kali sholat jamaah, kami juga selalu bertemu dengan orang Indonesia.
Sangat mengharukan ketika tak jarang kami melihat orang America mempelajari Islam di mesjid ini. Di kampus ASU juga ada Muslim Student Association, banyak orang Amerika yang masuk Islam. Mereka berbagi pengalaman tentang perjuangan mereka ketika pertama kali masuk Islam. Sungguh sangat sulit. Ada yang terancam kehilangan pekerjaan, dan ada juga yang harus beradaptasi dengan keluarga dan teman. Tapi, mereka jalani itu semua dengan ikhlas, menurut mereka, hidup mereka lebih berkah dan berarti ketika mereka beragama Islam. Salah satu dari mereka berpesan kepada hadirin yang pada waktu ada seorang yang belum masuk Islam. Pesannya, ketika kamu masuk Islam, tetaplah berteman dengan teman non-muslimmu.
Satu hal lagi yang diluar dugaanku. Setiap hari Jumat, jam belajar dipercepat. Waktu belajar biasanya sampai jam 1 pm, tapi karena hari Jumat dan kebanyakan siswa di kelas adalah muslim, guru menyakan berapa orang yang ke mesjid hari ini. Maka semua orang Arab di kelasku mengangkat tangan. Jadi, tiap hari Jumat kami akan keluar lebih cepat. Subhanallah….!!
Kehidupan Bermasyarakat
America memang negara multicultural. Sepertinya orang dari negara mana saja ada. Aku melihat banyak orang Arab, India, Korea, Jepang, Mexico, dan dari benua Afrika. Aku punya teman dari Somalia. Menurutnya semua penduduk Somalia adalah muslim. Tapi, sekarang Somalia masih dilanda civil war. Walhasil, tidak ada pemerintahan di sana, dan banyak orang Somalia yang pindah ke Amerika. Di dekat rumah host family ku bahkan ada sebuah keluarga muslim Somalia. Mereka sangat kaya. Hampir di setiap tempat umum, aku juga banyak bertemu dengan orang India dan Arab.
Jika banyak orang bilang orang Indonesia ramah, orang Amerika juga ramah. Jika di toko, cashier-nya akan menyapa dengan senyuman dan salam yang ramah. Kelihatan dari luar, memang orang-orang seperti tidak perduli dengan sekitarnya, tapi tidak, jika kita membutuhkan bantuan, mereka akan membantu. Just talk!
Satu hal yang sangat penting, orang Amerika suka antri. Aku menilai mereka sabar-sabar. Mereka rela antrian panjang ketika di café, atau di toko dan di tempat lainnya. Kita tak perlu khawatir akan ada orang yang menerobos antrian.
Pajak! Tiap barang yang dijual udah lengkap dengan pajaknya. Apalagi, pajak-pajak dari mereka benar-benar dikelola dengan baik oleh pemerintahnya. Itu terlihat dari majunya fasilitas-fasilitas umum yang tersedia. How about Indonesia? Ya bagaimana orang mau rajin bayar pajak, kalau yang mengelolanya saja kayak Gayus.
Transportasi
Ada beberapa alat transportasi di Arizona, yaitu mobil, bus, orbit (sejenis angkutan kota), sepeda, motor, skateboard dan jalan kaki. Semua diatur sedemikan rapi.
Jika Indonesia didominasi oleh motor dan mobil, Arizona didominasi oleh mobil. Hampir setiap keluarga memiliki paling tidak satu mobil. Entah miskin atau kaya, kebanyakan memiliki mobil. Para pengendara mobil harus selalu mengenakan sabuk pengaman ketika sedang mengendarai mobil. Ketika di jalan yang tidak ada lampu lalu lintasnya, ketika berpapasan dengan pejalan kaki, para pengendara mobil biasanya memberikan kesempatan kepada pejalan kaki terlebih dahulu untuk menyebrang. Oleh karena kebiasaan yang kami bawa dari Indonesia, kami seringkali ragu ketika hendak menyebrang, namun pengendara mobil memberi kode kepada kami untuk menyebrang terlebih dahulu. AWESOME!
Jalan-jalan di kota ini sangat lebar dan memberikan hak-hak juga kepada para bikers. Ada jalan tersendiri khusus untuk sepeda. Di jalan-jalan, pernah ku temukan tulisan ‘share the road’.
Pejalan kaki juga berhak atas jalan. Di lampu lintas, ada simbol untuk pejalan kaki. Pejalan kaki hanya perlu menekan tombol untuk menyebrang. Ketika telah muncul lampu pejalan kaki, maka mobil-mobil akan berhenti dan memberikan kesempatan kepada pejalan kaki untuk menyebrang. Sangat teratur!
Bus merupakan kendaraan utama bagi kami selama di Arizona. Tidak perlu khawatir tidak dapat bus, bus akan datang setiap 15 menit atau paling lama 1 jam. Apalagi buat orang yang tidak punya kendaraan seperti saya. Semua ada jadwalnya. Di sini aku tidak menderita karena tidak ada kendaraan pribadi. Tidak harus menunggu angkot berjam-jam.
Di dalam bus, penumpang harus membayar terlebih dahulu sebelum masuk bus. Bus driver akan menyapa dengan ramah ‘Good morning’. Di bus, suasana sangat sepi dan nyaman. Jika diluaran panas, maka di bus akan dingin, begitu pula sebaliknya. Tidak ada kenet di bus. Akan ada tali yang menghubungkan ke sopir tanda stop request, atau tombol untuk memberi kode. Penumpang tidak diizinkan untuk merokok dan membunyikan musik keras-keras, jika mau mendengarkan music, harus memakai headset. Jangan mengganggu ketenangan orang lain. Demikian juga ketika menelpon, jangan keras-keras.
Bus biasanya juga melayani penumpang yang disabled. Banyak tempat duduk khusus untuk para disabled people. Bus driver-nya akan menekan tombol membuka penyebrangan khusus untuk mereka dan membantu untuk masuk ke dalam bus.
Sebelum keluar bus, orang-orang selalu bilang ‘Thank you’ ke bus driver. Aku sangat terkesima ketika pertama kali aku naik bus, melihat orang-orang mengucapkan terima kasih kepada bus driver-nya ketika turun dari bus. Lalu, aku pun jadi terbiasa untuk mengucapkan ‘Thank you’ tiap kali turun dari bus dan ‘Good morning’ atau ‘Hallo’ ketika masuk ke dalam bus.                                                                                                                                        Pemberhentian bus juga ada tempatnya, tiap bus stop kira-kira berjarak hampir 100 m. Karena jauhnya jarak untuk jalan kaki, maka sepatu yang dibutuhkan juga sepatu yang tangguh, atau kalau bisa memakai skateboard, pakai skateboard saja.
Indonesia yang Kaya
Aku bersama 19 orang teman ku dari provinsi lain di Indonesia mempersembahkan suatu event yang bertajuk Indonesian Day. Acara yang berdurasi tidak kurang dari dua jam ini sengaja dibuat untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia kepada orang-orang Amerika. Kami mempersembahkan tarian, nyanyian dan permainan Indonesia dengan menggunakan baju adat dari derah masing-masing. Sungguh sangat terharu melihat banyaknya penonton yang hadir memenuhi kursi-kursi yang telah kami sediakan, dan bahkan banyak yang berdiri dengan antusias. Indonesia is beautiful! Colorful! But, mengapa Indonesia sangat miskin???
Di Bangka Belitung banyak timah, di Papua banyak emas, dan Bali terkenal dengan keindahannya. Tiap daerah juga punya keunikan sendiri. Lalu, apa yang kurang dari negeri ini? Salah satu teman Arab ku berkata, Indonesia itu indah. Kalau Arab, apa indahnya? Gersang. Lalu, uang tourism Indonesia kemana?? What should I say?
Indonesia yang Lebih Baik
Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa, tapi tidak semua orang yang berpendidikan mau bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa. However, Indonesia masih sangat membutuhkan orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam Indonesia yang berlimpah ruah. Pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu bekerja sama memperbaiki negeri yang tercinta ini. Aku yakin, Indonesia akan lebih baik.

No comments:

Post a Comment