Delapan
Minggu di Arizona
Oleh:
Mira Karina
(Mahasiswi STAIN SAS Bangka
Belitung/Pengurus HMI Cabang Bangka Belitung)
Sungguh
suatu pengalaman yang sangat berharga bisa menginjakkan kaki di negeri belahan
barat, Arizona, United States of America. Banyak hal yang terjadi di luar
dugaan. Banyak pelajaran-pelajaran kehidupan yang bila direnungkan bisa menjadi
‘sesuatu’, mulai kehidupan dari American
family, education, kehidupan
beragama, kehidupan bermasyarakat dan transportasi.
American Family
Dalam
novelnya Ranah Tiga Warna, Ahmad
Fuadi menceritakan pengalamannya tinggal di keluarga orang Kanada, yaitu di
sebuah homestay. Di novel itu dia
menggambarkan betapa indahnya tinggal dengan host family. Host family-nya
sering membuat makanan yang enak dan mengajaknya jalan-jalan. Aku bermimpi
untuk mendapatkan pengalaman yang seperti itu juga.
Alhamdulillah,
di Arizona aku mendapatkan kesempatan itu. Aku tinggal bersama American family. Sebenarnya mereka
adalah Mexican family, tapi mereka
pindah dari Mexico setahun yang lalu. Dua kebahagiaan, host mother-ku share mengenai Mexico dan tentu Amerika.
Aku
sangat terkesan dengan keluarga ini, mereka sangat menyayangi binatang, seperti
anjing, ayam, kelinci dan kuda. Ketika pertama-tama aku datang, mereka membiarkan
anjingnya di halaman belakang. Mereka tahu aku tidak begitu suka dengan anjing.
Tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan anjing itu, anjing itu sangat
penurut, jika ingin menyuruhnya menjauh, tinggal bilang ‘Go!’, dan anjing itu
akan pergi.
Di
belakang rumah ada pula kelinci dan ayam. Kelinci-kelinci itu sebagian dijual,
dan demikian juga dengan telur-telur ayam. Aku tidak menyangka, keluarga ini
benar-benar kerja keras untuk mendapatkan uang. My host father and mother
adalah real estate investor. Mereka
juga ternyata ikut membangun rumah-rumah yang akan mereka bisniskan.
Kebanyakan
keluarga Amerika selalu dinner
bersama, biasanya pada jam 5 atau 6 sore. Adapun untuk breakfast biasanya berbeda-beda, tergantung dari kebiasaan bangun
tidur. Most of American families yang
aku tahu juga sangat hemat listrik. Mereka hanya menghidupkan lampu jika ketika
diperlukan saja.
Education
Beruntung
sekali bisa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di Amerika. Arizona
State University (ASU), kampus yang sangat megah dan luar biasa. Disini aku
bersama ratusan mahasiswa dari berbagai negara (mayoritas Asia) belajar bahasa
Inggris dalam satu program bahasa, yaitu American English and Culture Program
(AECP). Banyak sekali orang Arab yang belajar bahasa Inggris disini. I was surprised!
Di
kelas, siswa memanggil guru dengan nama. Tapi, untuk guru yang sudah bergelar
doctor atau professor, biasanya dipanggil dengan gelarnya, contohnya Dr. Sandra
atau Prof. Sandra. However, untuk guru yang biasa cukup dipanggil dengan
namanya, misalnya Sarah.
Dalam
proses belajar mengajar, biasanya guru mengelompokkan siswa dalam small groups. Dan, guru memberikan kesempatan yang sama kepada siswa
untuk ‘unjuk gigi’. Guru juga sangat sering memuji hasil kerja atau performance siswa. Walau menurut
pandangan beberapa dari kita, mungkin itu biasa saja, tapi tidak disini. Guru
selalu memberi motivasi kepada siswa untuk do
better. Kami pun jadi semangat. Moreover,
guru juga bersahabat dengan siswa, no
special hierarchy. Yang lebih mengejutkan, director AECP sangat ‘merakyat’
dengan semua pegawai dan mahasiswa di program ini. Awesome!
Satu
hal lagi yang sangat kebalikan dengan kebiasaan kita adalah mengenai ketepatan
waktu. Mereka sangat menghargai waktu. Setiap waktu yang hilang akan dihitung
dan mempengaruhi keberhasilan di kelas. Bahkan di kelas elective, teacher memberikan 60 % untuk kehadiran
dan partisipasi di kelas.
Kehidupan Beragama
Asumsi
awalku sebelum datang di Amerika, akan sulit sekali mungkin bagi kami untuk
beribadah di masjid. Akan banyak orang memandang remeh dan bengis. Rupanya itu
semua tidaklah benar.
Kami
sangat terkejut ketika melihat banyak sekali orang Arab di ASU. Apalagi ada sebuah
masjid Tempe Islamic Community Center
(ICC) dan restoran halal tak jauh dari ASU. Rupanya banyak Islamic community disini. Kebanyakan mereka dari Arab dan beberapa
dari Indonesia.
Hari
Jumat merupakan hari yang terindah bagi muslim di Arizona. Setiap Jumat ramai
orang berdatangan ke masjid ICC untuk shalat Jumat berjamaah. Kami pun tak mau
ketinggalan sholat berjamaah
bersama-sama dengan brothers and sisters
dari negara-negara lain. Ada yang dari Arab, Yaman, Palestina, Somalia, India.
Tiap kali sholat jamaah, kami juga selalu bertemu dengan orang Indonesia.
Sangat
mengharukan ketika tak jarang kami melihat orang America mempelajari Islam di
mesjid ini. Di kampus ASU juga ada Muslim
Student Association, banyak orang Amerika yang masuk Islam. Mereka berbagi
pengalaman tentang perjuangan mereka ketika pertama kali masuk Islam. Sungguh
sangat sulit. Ada yang terancam kehilangan pekerjaan, dan ada juga yang harus
beradaptasi dengan keluarga dan teman. Tapi, mereka jalani itu semua dengan
ikhlas, menurut mereka, hidup mereka lebih berkah dan berarti ketika mereka
beragama Islam. Salah satu dari mereka berpesan kepada hadirin yang pada waktu
ada seorang yang belum masuk Islam. Pesannya, ketika kamu masuk Islam, tetaplah
berteman dengan teman non-muslimmu.
Satu
hal lagi yang diluar dugaanku. Setiap hari Jumat, jam belajar dipercepat. Waktu
belajar biasanya sampai jam 1 pm, tapi karena hari Jumat dan kebanyakan siswa
di kelas adalah muslim, guru menyakan berapa orang yang ke mesjid hari ini.
Maka semua orang Arab di kelasku mengangkat tangan. Jadi, tiap hari Jumat kami
akan keluar lebih cepat. Subhanallah….!!
Kehidupan Bermasyarakat
America
memang negara multicultural.
Sepertinya orang dari negara mana saja ada. Aku melihat banyak orang Arab,
India, Korea, Jepang, Mexico, dan dari benua Afrika. Aku punya teman dari
Somalia. Menurutnya semua penduduk Somalia adalah muslim. Tapi, sekarang
Somalia masih dilanda civil war.
Walhasil, tidak ada pemerintahan di sana, dan banyak orang Somalia yang pindah
ke Amerika. Di dekat rumah host family
ku bahkan ada sebuah keluarga muslim Somalia. Mereka sangat kaya. Hampir di
setiap tempat umum, aku juga banyak bertemu dengan orang India dan Arab.
Jika
banyak orang bilang orang Indonesia ramah, orang Amerika juga ramah. Jika di
toko, cashier-nya akan menyapa dengan
senyuman dan salam yang ramah. Kelihatan dari luar, memang orang-orang seperti
tidak perduli dengan sekitarnya, tapi tidak, jika kita membutuhkan bantuan,
mereka akan membantu. Just talk!
Satu
hal yang sangat penting, orang Amerika suka antri. Aku menilai mereka
sabar-sabar. Mereka rela antrian panjang ketika di café, atau di toko dan di
tempat lainnya. Kita tak perlu khawatir akan ada orang yang menerobos antrian.
Pajak!
Tiap barang yang dijual udah lengkap dengan pajaknya. Apalagi, pajak-pajak dari
mereka benar-benar dikelola dengan baik oleh pemerintahnya. Itu terlihat dari
majunya fasilitas-fasilitas umum yang tersedia. How about Indonesia? Ya bagaimana orang mau rajin bayar pajak,
kalau yang mengelolanya saja kayak Gayus.
Transportasi
Ada
beberapa alat transportasi di Arizona, yaitu mobil, bus, orbit (sejenis
angkutan kota), sepeda, motor, skateboard dan jalan kaki. Semua diatur
sedemikan rapi.
Jika
Indonesia didominasi oleh motor dan mobil, Arizona didominasi oleh mobil.
Hampir setiap keluarga memiliki paling tidak satu mobil. Entah miskin atau
kaya, kebanyakan memiliki mobil. Para pengendara mobil harus selalu mengenakan
sabuk pengaman ketika sedang mengendarai mobil. Ketika di jalan yang tidak ada
lampu lalu lintasnya, ketika berpapasan dengan pejalan kaki, para pengendara
mobil biasanya memberikan kesempatan kepada pejalan kaki terlebih dahulu untuk
menyebrang. Oleh karena kebiasaan yang kami bawa dari Indonesia, kami
seringkali ragu ketika hendak menyebrang, namun pengendara mobil memberi kode
kepada kami untuk menyebrang terlebih dahulu. AWESOME!
Jalan-jalan
di kota ini sangat lebar dan memberikan hak-hak juga kepada para bikers. Ada jalan tersendiri khusus
untuk sepeda. Di jalan-jalan, pernah ku temukan tulisan ‘share the road’.
Pejalan
kaki juga berhak atas jalan. Di lampu lintas, ada simbol untuk pejalan kaki.
Pejalan kaki hanya perlu menekan tombol untuk menyebrang. Ketika telah muncul
lampu pejalan kaki, maka mobil-mobil akan berhenti dan memberikan kesempatan
kepada pejalan kaki untuk menyebrang. Sangat teratur!
Bus
merupakan kendaraan utama bagi kami selama di Arizona. Tidak perlu khawatir
tidak dapat bus, bus akan datang setiap 15 menit atau paling lama 1 jam. Apalagi
buat orang yang tidak punya kendaraan seperti saya. Semua ada jadwalnya. Di
sini aku tidak menderita karena tidak ada kendaraan pribadi. Tidak harus
menunggu angkot berjam-jam.
Di
dalam bus, penumpang harus membayar terlebih dahulu sebelum masuk bus. Bus driver akan menyapa dengan ramah
‘Good morning’. Di bus, suasana sangat sepi dan nyaman. Jika diluaran panas,
maka di bus akan dingin, begitu pula sebaliknya. Tidak ada kenet di bus. Akan
ada tali yang menghubungkan ke sopir tanda stop
request, atau tombol untuk memberi kode. Penumpang tidak diizinkan untuk merokok
dan membunyikan musik keras-keras, jika mau mendengarkan music, harus memakai headset. Jangan mengganggu ketenangan
orang lain. Demikian juga ketika menelpon, jangan keras-keras.
Bus
biasanya juga melayani penumpang yang disabled.
Banyak tempat duduk khusus untuk para disabled
people. Bus driver-nya akan menekan
tombol membuka penyebrangan khusus untuk mereka dan membantu untuk masuk ke
dalam bus.
Sebelum
keluar bus, orang-orang selalu bilang ‘Thank you’ ke bus driver. Aku sangat terkesima ketika pertama kali aku naik bus,
melihat orang-orang mengucapkan terima kasih kepada bus driver-nya ketika turun dari bus. Lalu, aku pun jadi terbiasa
untuk mengucapkan ‘Thank you’ tiap kali turun dari bus dan ‘Good morning’ atau
‘Hallo’ ketika masuk ke dalam bus. Pemberhentian bus juga ada
tempatnya, tiap bus stop kira-kira berjarak hampir 100 m. Karena jauhnya jarak
untuk jalan kaki, maka sepatu yang dibutuhkan juga sepatu yang tangguh, atau
kalau bisa memakai skateboard, pakai skateboard saja.
Indonesia yang Kaya
Aku
bersama 19 orang teman ku dari provinsi lain di Indonesia mempersembahkan suatu
event yang bertajuk Indonesian Day. Acara yang berdurasi
tidak kurang dari dua jam ini sengaja dibuat untuk mempromosikan kebudayaan
Indonesia kepada orang-orang Amerika. Kami mempersembahkan tarian, nyanyian dan
permainan Indonesia dengan menggunakan baju adat dari derah masing-masing.
Sungguh sangat terharu melihat banyaknya penonton yang hadir memenuhi
kursi-kursi yang telah kami sediakan, dan bahkan banyak yang berdiri dengan
antusias. Indonesia is beautiful! Colorful! But, mengapa Indonesia sangat miskin???
Di
Bangka Belitung banyak timah, di Papua banyak emas, dan Bali terkenal dengan
keindahannya. Tiap daerah juga punya keunikan sendiri. Lalu, apa yang kurang
dari negeri ini? Salah satu teman Arab ku berkata, Indonesia itu indah. Kalau
Arab, apa indahnya? Gersang. Lalu, uang tourism Indonesia kemana?? What should I say?
Indonesia yang Lebih Baik
Pendidikan
merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa, tapi tidak semua orang yang
berpendidikan mau bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa. However, Indonesia masih sangat
membutuhkan orang-orang yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam
Indonesia yang berlimpah ruah. Pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu
bekerja sama memperbaiki negeri yang tercinta ini. Aku yakin, Indonesia akan
lebih baik.
No comments:
Post a Comment